Minggu, 16 Agustus 2009

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Valas

Sebelum membahas mengapa niai tukar suatu valuta berubah dan factor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut,harus disadaridulu bahwa nilai tukar pada suatu waktu tertentu mewakili harga valuta yang dimaksud. Sama seperti produk-produk lain yang dijual dipasar, harga faluta ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Jadi, bagi setiap harga yang mungkin bagi pound Inggeris, terdapat permintaan dan penawaran pound. Setiap saat, niai valuta akan mencerminkan harga yang mempertemukan jumlah permintaan dan jumlah penawaran valuta inilah yang dinamakan dengan nilai tukar ekuilibrium. Tantu saja kondisi yang terus berubah, dan akhirnya akan menyebabkan perubahan harga valuta. Nilai tukar ekuilibrium akan berubah sepanjang waktu seiring dengan berubahnya permintaan dan penawaran.


  1. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar

a. Laju Inflasi Relatif

Perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, karena mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta, dan dengan demikian mempengaruhi nilai tukar. Apa yang akan terjasi terhadap kurva permintaan dan penawaran yang ditampilkan dalam gambar 1.1. Jika inflasi AS tiba-tiba meningkat secara segnifikan sementara inflasi di Inggeris tetap sama? (Asumsi bahwa baik prusahaan Inggris maupun AS menjual produk-produk yang bisa saling mengganti satu sama lain). Kenaikan laju inflasi secara tiba-tiba di AS akan mengurangi keinginan konsumen Inggeris terhadap produk-produk AS sehingga mengurangi penawaran pound dalam pasar.


b. Suku Bunga Relatif

Perubahan dalam suku bunga relative mempengaruhi investasi dalam sekuritas-sekuritas asing, yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing, dan nilai tukar. Asumsikan bahwa suku bunga di AS meningkat sedangkan suku bunga di Inggeris tetap konstan. Dalam hal ini korporasi-korporasi AS besar kemungkinan akan mengurangi permintaan mereka terhadap pound karena suku bunga di AS akan menarik deposit mereka yang ada di Inggeris. ( Korporasi-korporasi AS akan menarik deposito yang ada di Inggeris dan menempatkan di bank-bank AS) . Karena suku bunga di AS sekarang lebih menarik bagi korporasi-korporasi di Inggeris yang kelebihan kas, penawaran pound untuk dijual oleh korporasi-korporasi Inggeris juga meningkat karena mereka meningkatkan deposito mereka di AS. Akibat menurunnya permintaan dan meningkatntnya penawaran pound, nilai tukar ekuilibrium akan menurun. Hal ini ditampilkan secara grafis dalam Gambar 1.3. Jika suku bunga AS menurun relative terhadap suku bunga di Inggeris, maka hal sebaliknya akan terjadi yaitu, nilai tukar ekuilibrium pound-dolar akan meningkat.

Untuk mengilustrasikan bagaimana perubahan suku bunga relative dapt mempengaruhi nilai tukar ekuilibrium, perkembangan runtuhnya Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Timur pada bulan November 1989. Reunivekasi Jerman Barat dan Timur memunculkan kebutuhan dana kredit yang akan digunakan untuk membangun ekonomi Jerman Timur, yang kemudian berakibat pada lonjaknya suku bunga di Jerman secara tiba-tiba.



Konsekuensiny, perbedaan antara suku bunga di AS dengan di Jerman menjadi hilang dan investor-investor di AS berlomba-lomba menanamkan uang dalam sekuritas- sekuritas Jerman (aset-aset yang lain). Lonjakan modal masuk ke Jerman menyebabkan peningkatan permintaan mark Jerman oleh investor-investor AS, yang memberikan tekanan positif pada nilai mark. Mark terus menguat, mencapai titik tertinggi dalam sejarah pada tahun 1991. Menguatnya mark tidak hanya diakibatkan oleh tingginya suku bunga di Jerman, tetapi juga penurunan suku bunga seara tajam di AS. Pada tahun 1991 suku bunga di Jerman telah melampau suku bunga di AS. Banyak investor berupaya mengambil keuntungan dari suku bunga jerman yang relative tinggi dengan memindahkan dana mereka ke Jerman.

Untuk mengilustrasikan dengan lebih jauh dampak dari perubahan suku bunga relative terhadap nilai tukar, pertimbangkan kutipan berikut yang berasal dari “Treasury and Federal Reserve Foreign Exchange Operations”, yang dimuat dalam Federal Reerve Bank of New York Quarterly Review : Dolar mendapat tekanan menurun yang kuat sepanjang periode Mei-Juli 1992 menurun lebih dari 10% terhadap mark Jerman dan sebagian besar valuta Eropa yang lain, hampir 5% terhadap Yen Jepang.

Suku Bunga Riil. Walaupun suku bunga yang relative tinggi dapat menarik arus kas dari luar negeri (untuk berinvestasi dalam sekuritas-sekuritas menawarkan yield yang tinggi), suku bunga yang relative tinggi disisi lain mungkin mencerminkan ekspektasi tingginya tingkat inflasi. Karena inflasi yang tinggi dapat menekan nilai valuta, hal ini bisa membuat sejumlah investor luar negeri membatalkan investasi dalam sekuritas-sekuritas yang didominasi dalam valuta tersebut. Oleh karena itu anda perlu meperhatikan suku bunga riil, yaitu suku bunga nominal yang telah disesuaikan dengan inflasi.


  1. Tingkat Pendapatan Relatif

Faktor ketiga yang mempengaruhi nilai tukar adalah tingkat pendapatan nasional yang relative. Asumsikan bahwa tingkat pendapatan nasional AS meningkat secara subtansial sementara pendapatan nasional Inggeris tetap tidak berubah. Pertimbangan dampak dari scenario ini atas (1) kurve permintaan pound, (2) kurve penawaran pound, dan (3) nilai tukar ekuilibrium. Pertama, kurve permintaan pound akan bergerak ke kanan atas, yang mencerminkan naiknya permintaan konsumen AS terhadap produk-produk Inggeris akibat kenaikan tingkat pendapatan di AS. Kedua kurve penawaran pound tidak berubah. Jadi nilai tukar ekulibrium akan naik seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1.4. pada saat dampak tidak langsung dari perubahan tingkat pendapatan nasional atas nilai tukar melalui dampaknya atas suku bunga dipertimbangkan, dampak perubahan tingkat GNP atas nilai tukar mungkin berbeda dari teori yang telah disajikan di atas.

    1. Kontrol Pemerintah


Faktor keempat yang mempengaruhi nilai tukar, adalah kontrol pemerintah. Pemerintah negara-negara asing dapat mempangaruhi nilai tukar ekuilibrium dengan berbagai cara, di antaranya melalui (1) hambatan jual-beli valuta asing, (2) hambatan perdagangan, (3) investasi (pmbelian dan penjualan valuas) dalam pasar valas, dan (4) pengubahan variabel-variabel makro seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat pendapatan nasional. Pada titik ini sebuah contoh akan mengilustrasikan sebesar pengaruh permintaan atas nilai tukar. Anggaplah bahwa suku bunga di AS meningkat relative terhadap suku bunga di Inggeris. Reaksi yang diharapkan adalah meningkatkan penawaran pound di Inggeris untuk membeli dolar AS (dalam rangka mengambil keuntungan dari tinggi suku bunga di AS). Tetapi jika pemerintah Inggeris mengenakan pajak yang tinggi atas laba yang dihasilkan investor Inggeris di luar negeri, hal ini bisa menurunkan minat investor Inggeris menukar pound dengan dolar.






    1. Ekspektasi


Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi akan nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak kedepan. Sebagai contoh, berita mngenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual dolar, karena mmperkirakan nilai dolar akan menurun dimasa depan. Reaksi ini langsung menekan nilai tukar dolar dalam pasar.

Banyak investor institusional (seperti bank-bank komersial dan perusahaan asuransi) melakukan jual-beli valuta berdasarkan ekspektasi pergerakan suku bunga di bebagai Negara. Sebagai contoh mereka mungkin menginvestasikan dana di Jerman secara temporer jika mereka memperkirakan suku bunga di Jerman bakal meningkat, karena kenaikan tersebut bisa menyebabkan naiknya arus modal masuk ke Jerman, yang kemudian akan mendorong nilai mark untuk naik. Berbasis ekspektasi mereka bisa mengambil keuntungan secara penuh dari perubahan nilai mark, karena mereka telah membeli mark sebelum nilai mark naik. Walaupun terhadap resiko ekspektasi mereka salah, intinya adalah bahwa ekspektasi dapat mempengaruhi nilai tukar, karena ekspektasi semacam itu biasanya memotifasi investor-investsi intrnasional mengambil posisi dalam pasar valas (yaitu menyimpan atau menjual valas). Transaksi-trasaksi dalam pasar valuta asing membantu perdagangan dan arus keuangan internasional. Transaksi-transaksi valas yang berhubungan dengan perdagangan biasanya tidak begitu responsive terhadap berita. Tetapi transaksi-transaksi yang berhubungan dengan arus modal sangat responsive terhadap berita, karena keputusan untuk memegang sekuritas-sekuritas yang didominasi dalam suatu valuta tertentu seringkali tergantung pada antipasti perubangan nilai valuta tersebut. Jika suatu berita baru mempengaruh ekspektasi pergerakan nilai valuta, berita baru tersebut artinya juga mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta yang dimaksud. Karena transaksi spekulatif semacam itu, nilai tukar valas menjadi sangat bergejolak.


    1. Interaksi Antar Faktor


Faktor-faktor yang berhubungan dengan perdagangan dan factor-faktor keuangan kadang-kadang saling berinteraksi. Sebagai contoh, peningkatan tingkat GNP kadang-kadang memuculkan ekspektasi akan meningkatnya suku bunga. Jadi walaupun kenaikan tingkat GNP bisa menaikan import, secara tidak langsung akan menarik lebih banyak modal masuk (dengan mengasumsikan suku bunga meningkat).Karenanya kenaikan tingkat GNP seringkali diharapkan akan menguatkan valuta lokal, karena besarny arus masuk dapat menutupi keluarnya valuta karena import.

Sepanjang satu periode tertentu, sejumlah faktor mungkin mendorong kenaikan valuta sedang factor-faktor lain mendorong penurunannya. Sebagai contoh, asumsikan bahwa (1) lonjakan laju inflasi di AS, dan (2) lonjakan suku bunga di AS terjadi secara simultan. Jika perekonomian di Inggeris relative tidak berubah, lonjakan inflasi di AS akan mendorong kenaikan nilai pound, sementara kenaikan suku bunga di AS akan mendorong penurunan nilai pound. Sensitivitas nilai tukar pound terhadap faktor-faktor ini tergantung pada volume transaksi perdagangan antar kedua Negara.